PENGARUH BAHASA GAUL
TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA
INDONESIA YANG BAIK
DAN BENAR DI KALANGAN REMAJA
Deta Fitrianita
FBS Universitas Negeri Padang
Abstrak
Bahasa ialah
sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh anggota kelompok
sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.
Penggunaan bahasa yang benar berarti pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah
yang dibakukan atau yang dianggap baku. Sedangkan, kriteria penggunaan bahasa
yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa yang sesuai dengan kebutuhan
komunikasi. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat diartikan
sebagai pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang mengikuti
kaidah bahasa yang berlaku. Dengan tercapainya bahasa Indonesia yang baik dan
benar, seseorang dapat berkomunikasi secara baik pula.
Saat ini kendala
yang harus dihadapi remaja untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan
benar adalah timbulnya gejala bahasa, seperti bahasa gaul, yang tanpa disadari
sering digunakan dalam komunikasi resmi. Bahasa gaul merupakan salah satu
cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai
muncul pada akhir tahun 1980-an. Saat ini, bahasa gaul merupakan dialek bahasa
Indonesia non-formal yang terutama digunakan oleh kalangan remaja.
Kata
Kunci: Remaja, bahasa gaul, bahasa Indonesia yang baik,
bahasa Indonesia yang benar.
A.
Pendahuluan
Tidak semua
warga negara Indonesia bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
begitupula dengan kalangan remaja. Tujuan bahasa Indonesia yang baik dan benar
adalah mengajarkan dan menerangkan tentang penggunaan bahasa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari agar tidak terlalu menyimpang dari kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar, serta melestarikannya sebagai warisan bangsa
yang merupakan bahasa Indonesia yang baik dan benar yang sudah ada sejak
indonesia mardeka.
Bahasa merupakan
unsur yang sangat penting dalam berkomunikasi, yaitu sebagai alat komunikasi
yang paling utama. Seiring dengan perkembangan zaman, pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari mulai bergeser oleh pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal
dengan bahasa gaul. Sehubungan dengan itu, perlu adanya tindakan dari semua
pihak yang peduli terhadap bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa yang baik dan benar dapat mempermudah
dalam menyampaikan informasi. Sehingga orang terbiasa untuk berkomunikasi
secara lebih efektif.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sangat
penting untuk diketahui oleh para remaja. Hal ini supaya bahasa Indonesia yang
merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan bisa tetap ada dan tidak kalah eksistensinya
oleh bahasa gaul.
Penggunaan
bahasa gaul yang semakin banyak dikalangan remaja membuat eksistensi bahasa
Indonesia menjadi menurun. Oleh karena itu, pengaruh bahasa gaul terhadap
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan remaja harus
mendapat perhatian.
Pada penulisan
makalah ini penulis memfokuskan pembahasan mengenai pengaruh bahasa gaul
terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan remaja.
Penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu, apa itu
hakikat remaja, apa itu hakikat bahasa gaul, apa itu hakikat bahasa Indonesia
yang baik dan benar, serta bagaimana pengaruh bahasa gaul terhadap penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan remaja.
Berdasarkan
fokus masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam makalah ini adalah
bagaimana bahasa gaul bisa berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar di kalangan remaja. Serta di dalamnya juga akan dibahas
mengenai hakikat remaja, hakikat bahasa gaul, dan hakikat bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
B.
Pembahasan
1.
Remaja
Masa remaja
adalah masa di mana seseorang berada di umur belasan tahun. Pada masa remaja
manusia tidak dapat disebut sudah dewasa, tetapi juga tidak dapat disebut
anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju
dewasa.
Masa remaja
menurut Mappiare (dalam Ali, 2011: 9) berlangsung antara umur 12 tahun sampai
dengan 21 tahun bagi perempuan dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence,
berasal dari bahasa latin adolescere yang
artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan.
Pieget (dalam
Ali, 2011: 9) mengatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia di
mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di
mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih
tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat
dewasa ini memasuki banyak aspek efektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.
Shaw dan
Castonzo (dalam Ali, 2011: 9) menjelaskan bahwa remaja juga sedang mengalami
perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara
berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan
dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang
paling menonjol dari semua periode perkembangan .
Monks (dalam
Ali, 2011: 9-10) menjelaskan bahwa remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat
yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga
dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Oleh karena
itu, remaja seringkali dikenal sebagai fase “mencari jati diri” atau fase
“topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara
maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.
2.
Bahasa
Gaul
Bahasa gaul adalah ragam
bahasa Indonesia nonstandar yang lazim
digunakan di Jakarta
pada tahun 1980-an hingga saat ini menggantikan bahasa prokem
yang lebih lazim dipakai pada tahun-tahun sebelumnya. Bahasa gaul merupakan salah satu
cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Pada saat itu
bahasa gaul dikenal sebagai bahasa anak jalanan. Namun, seiring
bertambahnya waktu bahasa prokem yang tadinya hanya dipakai para preman atau
anak jalanan sebagai bahasa rahasia beralih fungsi menjadi bahasa gaul. Bahasa gaul pada umumnya digunakan
sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu.
Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan
ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk
menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar
pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya.
Pada dasarnya
ragam bahasa gaul remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah, dan kreatif.
Banyak kasus kosakata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak
panjang diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang
lebih pendek. Hal itu dapat dilihat dari penggunaan awalan ‘e’ kata ‘emang’
yang merupakan bentukan dari kata ‘memang’ yang disisipkan bunyi ‘e’. Di sini
jelas terlihat terjadi pemendekan kata berupa menghilangkan huruf depan ‘m’.
Sehingga terjadi perbedaan saat melafalkan kata tersebut dan merancu dari kata
aslinya. Kombinasi ‘k, a, g’ kata ‘kagak’ bentukan dari kata ‘tidak’ yang
bunyinya ‘tid’ diganti ‘kag’. Huruf konsonan pada kata pertama diganti dengan k
huruf vokal ‘i’ diganti ‘a’ huruf konsonan kedua diganti ‘g’, sehingga kata
‘tidak’ menjadi ‘kagak’. Sisipan ‘e’ kata ‘temen’ merupakan bentukan dari kata
‘teman’ yang huruf vokal ‘a’ menjadi ‘e’. Hal ini mengakibatkan terjadinya
perbedaan pelafalan.
Cara pengucapan
bahasa gaul dilafalkan secara sama seperti halnya bahasa Indonesia.
Partikel yang sering dipakai adalah sih,
nih, tuh, dong, merupakan sebagian dari partikel-partikel bahasa prokem
yang membuatnya terasa lebih hidup dan menghubungkan satu anak muda dengan anak
muda lain dan membuat mereka merasa berbeda dengan orang-orang tua yang
berbahasa baku. Partikel-partikel ini walaupun pendek namun memiliki arti yang
jauh melebihi jumlah huruf yang menyusunnya. Kebanyakan partikel mampu
memberikan informasi tambahan kepada orang lain yang tidak dapat dilakukan oleh
bahasa Indonesia baku seperti tingkat keakraban antara pembicara dan pendengar,
suasana hati dan ekspresi pembicara, dan suasana pada kalimat tersebut
diucapkan. Contoh yang sering diucapkan oleh kebanyakan orang adalah ‘sudah pasti dong’ yang artinya dalam bahasa
baku Indonesia adalah ‘sudah pasti’ atau ‘tentu saja’.
Perkembangan
bahasa gaul ini di dukung oleh perkembangan kognitif yang menurut Jean Peaget
telah mencapai tahap operasional formal. Sejalan dengan perkembangan psikis
remaja, sebetulnya mereka sedang berada pada fase pencarian jati diri,
pada tahap ini kemampuan berbahasa pada remaja mulai berbeda meskipun terkadang
menyimpang dari norma umum. Oleh karena itu, kondisi remaja pada tahap ini
merupakan kondisi paling sulit antara berbuat “sama” atau “tidak sama” dengan
teman-temannya, jika mereka berbahasa “tidak sama” artinya mereka tidak akan
dapat diterima dikelompoknya atau mungkin dikatakan sebagai “remaja kolot”.
Menurut Alatas, bahasa gaul adalah bahasa yang digunakan
untuk berteman dan bersahabat di tengah masyarakat. Bahasa gaul merupakan
bentuk ragam bahasa yang digunakan oleh penutur remaja. Dalam konteks modern,
bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia nonformal yang digunakan
sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial.
Media-media populer seperti televisi, radio, dunia perfilman nasional, juga
merupakan pemakai bahasa gaul.
Menurut Sahertian, awal istilah-istilah dalam bahasa gaul
itu muncul untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Oleh karena
sering digunakan di luar komunitasnya, lama-lama istilah tersebut jadi bahasa
sehari-hari.
Deddy Mulyana
dalam buku karangannya yang berjudul pengantar ilmu komunikasi menjelaskan
bahwa bahasa gaul ini digunakan untuk memproteksi kelompok mereka dari
komunitas lain. Sehingga komunikasi yang mereka lakukan, hanya kelompok mereka
saja yang mengerti. Hal tersebut menunjukan bahwa remaja dalam kelompoknya membuat
tata bahasa tersendiri agar orang lain tidak memahami apa yang dibicarakan atau
mungkin agar kelihatan lebih gaul.
3.
Bahasa
Indonesia yang Baik dan Benar
Bahasa ialah
sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh anggota kelompok
sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Sutan
Takdir Alisyahbana (dalam Maksan, 1994: 1) menjelaskan bahwa bahasa adalah
ucapan pikiran manusia dengan teratur memakai alat bunyi. Gorys Keraf (dalam
Maksan, 1994: 1) mengemukakan bahwa
bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan simbol-simbol vokal
yang arbitrer, yang dapat diperbuat dengan gerak-gerak badaniah yang nyata.
Atmazaki (2007:
5) menyatakan bahwa bahasa merupakan fenomena mental, yaitu suatu kemampuan
yang sudah dibawa manusia sejak lahir. Pada sisi lain, bahasa marupakan
fenomena kemasyarakatan, yaitu penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi di
dalam membentuk dan karena bentukan masyarakat. Jadi, bahasa merupakan suatu
sistem yang berfungsi sosial (fungsional). Dengan demikian, bahasa adalah alat
komunikasi yang dengannya manusia dapat menyampaikan pikiran perasaan kepada
orang lain secara lebih tepat.
Muslich (2010:
9) mengatakan bahwa pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau
yang dianggap baku melahirkan bahasa yang benar. Orang yang mampu menggunakan bahasanya
sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apapun jenisnya itu, dianggap
berbahasa yang efektif. Ini berhubungan dengan pemilihan ragam-ragam yang ada
ketika orang dihadapkan pada bermacam ragam komunikasi. Pemanfaatan ragam yang
tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah
yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang demikian tidak selalu
harus baku, misalnya dalam tawar-menawar di pasar. Jadi, menggunakan bahasa
yang baik (tepat) tidak termasuk bahasa yang benar. Sebaliknya, seseorang
mungkin berbahasa yang benar yang tidak baik penerapannya karena suasananya
menurut ragam yang lain. Anjuran agar kita berbahasa yang baik dan benar dapat
diartikan sebagai pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang
mengikuti kaidah bahasa yang benar.
Sugono (2009:
21-23) menjelaskan bahwa kriteria yang
digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa.
Kaidah itu meliputi aspek tata bunyi (fonologi), tata bahasa (kata dan
kalimat), kosakata (termasuk istilah), ejaan, dan makna. Sedangkan, kriteria
penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa yang sesuai
dengan kebutuhan komunikasi. Kebutuhan itu bertalian dengan topik yang
dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau
pembaca (jika tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu
bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang gunakan logis dan sesuai dengan tata
nilai masyarakat yang ada.
4.
Pengaruh
Bahasa Gaul terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar di
Kalangan Remaja
Saat ini banyak sekali remaja yang menciptakan bahasa gaul,
yaitu bahasa baku yang diubah, sehingga terkadang orang dewasa tidak memahami
bahasa apa yang dikatakan oleh para remaja tersebut. Remaja cenderung lebih
menyukai bahasa gaul daripada menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Supaya mereka lebih terlihat modern, dan akhirnya mulai lunturnya kecintaan
pada bahasa Indonesia adalah hal yang harus dihindari.
Bahasa gaul
dapat timbul dimana saja,. Bahasa yang digunakan oleh anak muda pada umumnya
ini muncul dari kreativitas mengolah kata baku dalam bahasa Indonesia menjadi
kata yang tidak baku. Bahasa gaul bisa ditemukan di mana saja, karena bahasa
gaul dapat timbul di iklan tevisi, lirik lagu remaja, novel remaja dan banyak
lagi. Inilah kenyataan bahwa tumbuhnya bahasa gaul di tengah eksistensi bahasa
Indonesia tidak dapat dihindari, ini karena pengaruh perkembangan alat
komunikasi yang terus berkembang dan karena bahasa gaul dipakai anak muda
kebanyakan maka bahasa baku akan tergeser eksistensinya. Apalagi dengan maraknya
dunia kalangan artis menggunakan bahasa gaul di media massa dan elektronik,
membuat remaja semakin sering menirukannya di kehidupan sehari-hari hal ini
sudah menjadi wajar karena remaja suka meniru hal-hal yang baru. Inilah yang
menjadi awal lunturnya bahasa Indonesia yang baik dan berganti dengan bahasa
gaul.
Orang tua berkewajiban untuk mengajarkan penggunaan bahasa
yang baik dan benar kepada anak sejak kecil. Penggunaan bahasa yang baik dapat
mempermudah dalam menyampaikan informasi. Di dalam kehidupan sehari-hari
seharusnya digunakan tata bahasa yang baik dan benar supaya masyarakat
khususnya remaja terbiasa untuk berkomunikasi secara lebih efektif. Adanya
bahasa gaul juga sangat mempengaruhi etika seseorang dalam berkomunikasi.
Kata-kata yang digunakan dalam berbicara seseorang dapat
mencerminkan kemampuan berpikir dan tingkat kepribadiannya. Kepribadian
seseorang yang baik dapat memilih apa saja yang harus diucapkan dan
dibicarakan. Tidak berlebihan jika seseorang yang pandai berbahasa Indonesia,
ia akan merasa diterima dan dihargai oleh berbagai kalangan. Ada beberapa
solusi yang dapat meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
yaitu, menyadarkan dan memotivasi remaja akan fungsi dan pentingnya bahasa yang
baku. Selanjutnya, hal ini juga membutuhkan suatu upaya pembiasaan, artinya,
remaja dilatih untuk berbahasa secara tepat, baik secara lisan maupun tulis
setiap saat setidaknya selama berada di lingkungan sekolah. Pembiasaan ini akan
sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa pada remaja. Proses
penyadaran dan pembiasaan tidak kalah penting, hal ini akan menimbulkan
keinginan remaja untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar.
C.
Penutup
Bahasa merupakan
unsur yang sangat penting dalam berkomunikasi, yaitu sebagai alat komunikasi
yang paling utama. Untuk itu, sangat dianjurkan supaya masyarakat dan remaja
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Berbahasa yang baik dan benar
dapat diartikan sebagai pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya
dan yang mengikuti kaidah bahasa yang berlaku.
Bahasa gaul merupakan bentuk ragam bahasa yang digunakan
oleh penutur remaja. Dalam konteks modern, bahasa gaul merupakan dialek bahasa
Indonesia nonformal yang digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari
dalam pergaulan di lingkungan sosial.
Penggunaan
bahasa gaul semakin ramai di kalangan remaja karena diperkuat dengan pengaruh
dunia hiburan televisi seperti film dan sinetron yang juga memakai bahasa gaul.
Salah satu solusi yang dapat
meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan remaja
yaitu, menyadarkan dan memotivasikan remaja akan fungsi dan pentingnya bahasa
yang baku.
Banyaknya masyarakat Indonesia yang menggunakan bahasa gaul,
singkatan-singkatan dalam komunikasinya sehari-hari adalah penyimpangan dari
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Tentu saja ini akan berdampak
lunturnya atau hilangnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya di masyarakat terutama
kalangan remaja. Masyarakat Indonesia khususnya para
remaja, sudah banyak kesulitan dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Keberadaan bahasa gaul memang sangat mengganggu
eksistensi bahasa Indonesia. Banyak remaja yang sudah tidak mengindahkan dan
tidak lagi mengenal bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sebaiknya remaja jangan berlebihan dalam menggunakan bahasa
gaul. Remaja hendaknya membudidayakan bahasa Indonesia dan meningkatkan kembali
eksistensinya di kalangan remaja. Orang tua dan pendidik mempunyai tugas untuk
menyadarkan dan memotivasikan remaja akan fungsi dan pentingnya bahasa yang
baku. Proses penyadaran dan pembiasaan tidak kalah penting, hal ini membutuhkan
suatu kekuatan atau sanksi yang mengikat, misalnya tugas menuliskan suatu
artikel atau karangan dengan bahasa yang baku. Hal ini akan menimbulkan
keinginan remaja untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Menggunakan bahasa gaul boleh saja, akan tetapi jangan
sampai menghilangkan budaya berbahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesia
merupakan bahasa resmi kenegaraan dan lambang dari identitas nasional, yang
kedudukannya tercantum dalam Sumpah Pemuda dan UUD 1945.
D.
Daftar
Pustaka
Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori . 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Atmazaki. 2007. Kiat-kiat
Mengarang dan Menyunting. Padang: UNP Press.
Maksan, Marjusman. 1994. Ilmu Bahasa. Padang: IKIP Padang Press.
Muslich,
Masnur. 2010. Garis-garis Besar Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Sugono,
Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia
dengan Benar. Jakarta: Gramedia.
Chandra,
Riskia. 2013. “Penggunaan Bahasa Gaul”.
http://www.slideshare.net/riskia_chandra/-penggunaan-bahasa-gaul.
(Diunduh 20 November 2014).
Nursyam, Irfan. 2013. “Ragam Bahasa
Gaul”.
Setiawan, Frendi. 2012. “Defenisi
Remaja untuk Masyarakat”.
http://frendi-setiawan.blogspot.com/2012/05/definisi-remaja-untuk-masyarakat.html.
(Diunduh 20 November 2014).
Wordpress.
2010. “Bahasa Gaul”.
good
BalasHapusbagus pisun
BalasHapus