Selasa, 09 Desember 2014

Puisi Biarkan Saja?



Biarkan Saja?

Biarkan saja
Seolah ku tak peduli dengan semuanya
Kuungkapkan kata itu untuk menutupi
Menutupi itu semua

Berbohong dibalik kata-kata itu
Membuatku kadang berpikir
Apakah yang dipikirkannya?
Adakah rasa bersalah menghampirinya

Tidak..
Kurasa tak ada sedikitpun
Memasang wajah damai
Bersikap seolah tanpa dosa

Mereka yang seperti itu
Tak hentinya membuatku bertanya-tanya
Dimana letak perasaannya?

Mungkinkah..
Memang tak pernah ada
Sehingga membatnya begini
Entahlah..
Abaikan,  meski terkadang sakit

Puisi Rindu yang Mencekik



Rindu yang Mencekik

Rindu
Itulah yang bersarang dalam pikiranku
Rasa yang selalu datang sesuka hati
Hingga mencekik dalam kesendirian

Aku rindu bangunan itu
Aku rindu orang-orang itu
Rindu yang tak tertahan
Tenggelam dalam bayangan

Kesunyian membuatnya menggerogotiku
Aku sendiri, tak sanggup ku melawan
Bagaimana bisa ku mengusirnya?
Sedangkan dia, rindu adalah temanku
Selalu bersamaku
Menyatu dalam diri
Menjadi duri dalam dada

Terus mengikatku
Terus mencekikku
Hari-hariku penuh dengan kata itu
RINDU..

Kamis, 27 November 2014

Benarkah?

Seolah baik
Seolah peduli
Banarkah?
Enahlah..

Sudah terlihat sejak awal
Tapi sengaja ku tepis

Sekarang
Tak lagi bisa
Semua yang ada ikut memperjelas
Maka kawan dan mana lawan
Bahkan manusia tak bermatapun tau..

Sahabat



Sahabat..
Tak ada yang bisa menggantikanmu
Kau sangat berharga

Terpisah..
Disaat mulai beranjak menyusun masa depan
Satu dan yang lain ada yang baru

Tapi..
Seolah tak bisa ku lupa tentangmu
Kau selalu kuingat
Walaupun kini tak didekatmu

Jujur..
Tak kutemukan sebaik dirimu
Tak kutemukan perhatian sepertimu
Tak kurasakan senyaman bersamamu
Semua seolah berbeda
Tak kutemukan seperti mu
Dan rasanya tak mungkin kutemukan lagi

Nanti..
Dikala semua telah diraih
Pasti kan kembali lagi
Masa-masa kita bersama dulu..

Lirik lagu 2PM_Go Crazy

[Wooyoung] Ani michingeo aniya geumyoil bami doenikka
Yeoldusi ga doedo na jam mot jagesseo da nal boreunikka
[Chansung] Ani michingeo aniya bamiya bami aniya
Gilgeori buteo keuleobe sesange modu yeojadeuriya

[Junho] Kkeullineun neoui hyanggie neoui momjise
Geureon nunbiche na micheoboryeo
Kwitgaye soksagyeojwo neoui moksorie
Sumsorineun geochireojyeoga ha ha~

[Jun.K] Michingeo aniya, oneul bam
Michiryeogo jakjeonghan nomdeuriya
Onuelman michidorok dallijan mariya~
Michingeo aniya~

[Wooyoung] Michin saramdeul (crazy!)
Go crazy! (go crazy!)
Go crazy! (go crazy!) go crazy!
[Nichkhun] Michin saramdeul (crazy!)
Go crazy! (go crazy!)
Go crazy! (go crazy!) go crazy!

[Chansung] Ani michingeo aniya ajikdo kkeutji aniya
Ijasik icha gajago dallyeoboja nallido aniya
[Nichkhun] Ani michingeo aniya ajik saramdeuri da
Dadeul modu moyeo hanadwieo michyeoganikka

[Taecyeon] Everybody just drop it like it’s hot,
Hamkke hana jeulgowojijanha
Aju eojireoun mongronghameseo
Beoseonagin neomu ireujanha
Cheongchuneun jeormeumui bok
Gochungeun jeormeumui dok
Naeireun eobseo no day, but today

[Jun.K] Michingeo aniya, oneul bam
Michiryeogo jakjeonghan nomdeuriya
Onuelman michidorok dallijan mariya~
Michingeo aniya~

[Wooyoung] Michin saramdeul (crazy!)
Go crazy! (go crazy!)
Go crazy! (go crazy!) go crazy!
[Nichkhun] Michin saramdeul (crazy!)
Go crazy! (go crazy!)
Go crazy! (go crazy!) go crazy!

[Junho] Jeo saramdeurui sonjit
Geu jeormeun sogui oechim
Nae gaseum jeomjeom deo tteugeowo
Going crazy baby

[Taecyeon] Clap your hands everybody,
Everybody gettin’ all crazy
Clap your hands everybody,
Everybody gettin’ all crazy
([Jun.K] Everybody knows it)
Clap your hands everybody,
Everybody gettin’ all crazy
([Jun.K] You can’t stop it baby)
Clap your hands everybody,
Everybody gettin’ all crazy

[Jun.K] Ani michingeo aniya, oneul bam
Michiryeogo jakjeonghan nomdeuriya
Onuelman michidorok dallijan mariya~
Michingeo aniya~

[Wooyoung] Michin saramdeul (crazy!)
Go crazy! (go crazy!)
Go crazy! (go crazy!) go crazy!
[Nichkhun] Michin saramdeul (crazy!)
Go crazy! (go crazy!)
Go crazy! (go crazy!) go crazy!

Selasa, 18 November 2014

Sejarah dan Aliran dalam Ilmu Bahasa


TUGAS 1

SEJARAH DAN ALIRAN DALAM ILMU BAHASA


diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Bahasa
yang dibina oleh Dra. Ellya Ratna, M.Pd.





Oleh:


FIFI SETIAWATI (1300832)
SRI HARTUTI (1300816)
DETA FITRIANITA (1300820)
NOVIA (1300828)
YUSNIAR BR PURBA (1305290)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
PADANG
2013

 

Sejarah dan Aliran Ilmu Bahasa

1.      Linguistik Tradisional
Menurut Chaer (2007:332-346) Istilah tradisional dalam linguistik sering dipertentangkan dengan istilah struktural, sehingga dalam pendidikan formal ada istilah tata bahasa tradisional dan tata bshasa struktural. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik. Sedangkan tata bahasa struktural menganalisis  berdasarkan struktural atau ciri-ciri formal yang ada dalam bahasa tertentu.
Tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian, sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat berdistribusi dengan frase.
Tata bahasa tradisional telah melalui masa yang sangat panjang, mulai dari zaman Yunani sampai masa menjelang munculnya linguistik modern sekitar akhir abad ke-19.
a.       Linguistik Zaman Yunani
Studi bahasa pada zaman Yunani mempunyai sejarah yang sangat panjang, yaitu dari abad ke-5 SM sampai abad ke-2 M. Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu itu adalah (1) pertentangan antara fisis dan nomos dan  (2)pertentangan antara analogi dan anomali.
Para filsuf Yunani mempertanyakan, apakah bahasa itu bersifat alami (fisis) atau bersifat konvensi (nomos). Bersifat alami atau fisis maksudnya bahasa itu memiliki hubungan asal usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti di luar manusia itu sendiri. Dalam bidang semantik kelompok yang menganut paham ini, yaitu kaum naturalis. Kaum ini berpendapat bahwa setiap kata mempunyai hubungan dengan benda yang ditunjuknya atau dengan kata lain setiap kata mempunyai makna secara alami (secara fisis). Misalnya, kata-kata yang disebut onomatope, atau kata yang terbentuk berdasarkan peniruan bunyi. Sebaliknya kaum konvensional berpendapat bahwa bahasa bersifat konvensi. Artinya, makna-makna kata itu diperoleh dari hasil tradisi atau kebiasaan-kebiasaan, yang mempunyai kemungkinan bisa berubah. Onomatope menurut kaum konvensioal hanyalah suatu kebetulan saja. Sebagian besar dari konsep benda, sifat, dan keadaan yang sama diungkapkan dalam bentuk kata yang berbeda.
Pertentangan analogi dan anomali menyangkut masalah bahasa sebagai sesuatu yang teratur atau tidak teratur. Plato dan Aristoteles berpendapat bahwa bahasa itu bersifat teratur, karena adanya keteraturan itu orang dapat menyusun tata bahasa. Jika tidak teratur tentu yang dapat disusun hanya idiom-idiom. Sedangkan kelompok anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur.
Dari keterangan di atas jelas bahwa kaum anomali sejalan dengan kaum naturalis, sedangkan kaum analogi sejalan dengan kaum konvensional.
Dalam studi bahasa pada zaman Yunani, kita mengenal nama beberapa kaum atau tokoh yang mempunyai peranan besar dalam studi bahasa.
1)      Kaum Sophis
Kaum ini muncul pada abad ke-5 S.M. yang dikenal dalam studi bahasa karena (1) mereka melakukan kerja secara empiris (2) mereka melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu (3) mereka sangat mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa (4) mereka membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna.
Salah seorang tokoh sophis, yaitu protogoras, membagi kalimat menjadi kalimat narasi, kalimat tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa, dan undangan. Sedangkan georgias membicarakan gaya bahasa seperti yang kita kenal sekarang.
2)      Plato (429- 347 S.M.)
Tokoh ini terkenal karena (1) dia memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya “dialoog”. Dia juga mengungkapkan masalah bahasa alamiah dan bahasa konvensional. (2) dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya bahasa adalah pernyataan pikiran manusia dengan perantaraan onomata dan rhemata. (3) dia adalah orang yang pertama kali membedakan kata dalam onoma dan rhema.
3)      Aristoteles (384- 322 S.M.)
Aristoteles adalah murid Plato. Dalam studi bahasa terkenal karena (1) dia menambahkan satu kelas kata lagi atas pembagian yang dibuat gurunya, yaitu dengan syndesmoi. Menurut Aritoteles ada tiga macam kelas kata, yaitu onoma, rhema, dan syndesmoi. Syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis. Syndesmoy itu lebih kurang sama dengan kelas preposisi dan konjungsi yamg kita kenal sekarang. (2) dia membedakan jenis kata (gender) menjadi tiga, yaitu, maskulin, feminin, dan neutrum.
4)      Kaum Stoik
Kaum ini adalah kelompok ahli filsafat yang berkembang pada abad ke-4 S.M. kaum stoik terkenal karena (1) mereka membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa, (2) mereka menciptakan istilah-istilah khusus untuk studi bahasa, (3) mereka membedakan tiga komponen utama dari studi bahasa, yaitu (a) tanda, simbol, sign, atau semainon, (b) makna, apa yang disebut, semainomen, atau lekton, (c) hal- hal di luar bahasa, yakni benda atau situasi. (4) mereka membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna, dan propheretal (ucapan bunyi bahasa yang mengandung makna). (5) mereka membagi jenis kata menjadi empat, yaitu kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan arthoron, yaitu kata-kata yang menyatakan jenis dan jumlah. (6) mereka membedakan adanya kata kerja komplet dan kata kerja tak komplet, serta kata kerja aktif dan kata kerja pasif.
5)      Kaum Alexandrian
Kaum ini menganut paham analogi. Mereka mewarisi sebuah buku tata bahasa yang disebut Tata Bahasa Dionysius Thrax, buku ini lahir lebih kurang tahun 100 S.M. buku ini diterjemahkan dalam bahasa latin oleh Remmius Palaemon dengan judul Ars grammatika. Buku-buku tata bahasa tersebut dikenal dengan sebutan tata bahasa tradisional.
b.      Zaman Romawi
Studi bahasa pada zaman romawi dapat dianggap kelanjutan dari zaman Yunani, dan munculnya kerajaan Romawi. Tokoh pada Zaman Romawi yang terkenal, antara lain, Varro (116-27 S.M.) dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae.
1)      Varro dan “De Lingua Latina”
Buku ini dibagi dalam bidang- bidang etimologi, morfologi, dan sintaksis.
a.       Etimologi
Etimologi adalah cabang linguistik yang menyelidiki asal usul kata beserta artinya. Dalam bidang ini Varro mencatat adanya perubahan bunyi yang terjadi dari zaman ke zaman dan perubahan makna kata. Kelemahan Varro dalam bidang etimologi ini adalah dia menganggap kata- kata latin dan yunani yang berbentuk sama adalah pinjaman langsung.
b.      Morfologi
Morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari kata dan pembentukannya. Menurut Varro kata adalah bagian dari ucapan yang tidak dapat dipisahkan lagi, dan merupakan bentuk minimum. Varro membagi kelas kata latin dalam empat bagian, yaitu:
1)         Kata benda, termasuk kata sifat, yakni kata yang disebut berinfleksi kasus.
2)         Kata kerja, yakni kata yang membuat pernyataan, yang berinfleksi “tense”.
3)         Partisipel, yakni kata yang menghubungkan (dalam sintaksis kata benda dan kata kerja), yang berinfleksi kasus dan “tense”.
4)         Adverbium, yakni kata yang mendukung (anggota bawahan dari kata kerja), yang tidak berinfleksi.
2)      Institutiones Grammaticae atau Tata Bahasa Priscia
Buku Priscia terdiri dari 18 jilid (16 jilid mengenai morfologi dan 2 jilid mengenai sintaksis) dianggap sangat penting karena:
(a)       Merupakan buku tata bahasa latin yang paling lengkap yang dituturkan oleh pembicara aslinya.
(b)      Teori-teori tata bahasanya merupakan tonggak-tonggak utama pembicaraan bahasa secara tradisional.
Beberapa segi yang patut dibicarakan mengenai buku itu antara lain:
(a)       Fonologi, dalam bidang ini dibicarakan tulisan atau huruf yang disebut litterae.
(b)      Morfologi, dalam bidang ini dibicarakan mengenai dictio atau kata
(c)       Sintaksis, bidang ini membicarakan hal yang disebut oratio, yaitu tata susun kata yang berselaras dan menunjukan kalimat itu selesai.
c.       Zaman Pertengahan
Studi bahasa pada zaman pertengahan di Eropa mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf skolastik, dan bahasa latin menjadi lingua franca, karena dipakai sebagai bahasa gereja, bahasa diplomasi, dan bahasa ilmu pengetahuan.
Tata bahasa spekulativa merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa latin (seperti yang dirumuskan Priscia) ke dalam filsafat skolastik. Menurut tata bahasa ini, kata tidak secara langsung mewakili alam dari benda yang ditunjuk. Tetapi hanya mewakili adanya benda itu dalam berbagai cara, modus, substansi, aksi, kualitas, dan sebagainya.
Petrus Hispanus pada zaman pertengahan memiliki peranan dalam bidang linguistik, antara lain:
(1)   Dia telah memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa. Dia juga membedakan antara signifikasi utama dan konsignifikasi, yaitu pembedaan pengertian pada bentuk akar dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan-imbuhan.
(2)   Dia telah membedakan nomen atas dua macam, yaitu nomen substantivum dan nomen adjectivum.
(3)   Dia juga telah membedakan partes orationes atas categorematik dan syntategorematik. Yang dimaksud dengan categorematik adalah semua bentuk yang dapat menjadi subjek atau predikat. Sedangkan syntategorematik adalah semua bentuk tutur lainnya.
d.      Zaman Reanisans
Zaman ini dianggap sebagai zaman pembukaan pemikiran abad modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman ini yang menonjol, yaitu: (1) selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai bahasaYunani, Latin, Arab, dan Ibrani. Bahasa-bahasa Eropa lain juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa,dan perbandingan.
e.       Menjelang Lahirnya Linguistik Modern
Dapat disimpulkan pembicaraan mengenai linguistik tradisional sebagai berikut:
(a)    Pada tata bahasa tradisional dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan.
(b)   Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan dari bahasa lain.
(c)    Kaidah bahasa dibuat secara preskriptif, yakni benar atau salah.
(d)   Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika.
(e)    Penemuan atau kaidah terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan.

Menurut Maksan (1995:10-13) Plato abad V SM adalah orang pertama yang di kenal sebagai orang yang melakukan studi tentang bahasa. Dalam tulisannya yang berbentuk dialog yang diberi judul Cratylus yang menampilkan suatu percakapan antara Cratylus dengan Hermogenes.  Di sini kelihatan pertentangan antara Cratylus dengan Hermogenes tentang hubungan antara bentuk bahasa dengan arti atau makna yang dibawakan oleh bentuk bahasa tersebut. Menurut Cratylus hubungan antara bentuk (form) dengan makna (meaning) bersifat natural, sedangkan menurut Hermogenes hubungannya itu adalah hanyalah bersifat konvensional. Kelompok yang melihat bahwa ada hubungan bentuk dengan makna ini juga bisa disebut kelompok analogi, dan kelompok konvensional biasa disebut dengan kelompok anomali.
Hubungan antara bentuk dengan makna yang bersifat natural ialah hubungan mengenai adanya kaitan antara bentuk dengan makna. Misalnya, dalam suatu bahasa kata-kata yang menunjukkan ukuran lebih besar secara fisik berakhiran “o”,tetapi kata-kata yang ukuran fisiknya relatif lebih kecil disampaikan dengan kata-kata berakhiran “i”. Kenyataannya, kalaupun hubungan natural itu dapat ditemukan, namun hal itu bersifat kebetulan sekali. Tidak ada hukum bahasa yang mengatur masalah itu. Kelompok konvensional melihat bahwa tidak ada kaitan antara bentuk dengan makna kata-kata itu.  Kaitan atau hubungan hanyalah bersifat konvensional semata.
Dalam hubungn bentuk dan makna ini, Plato berpihak pada Hermogenes yang menyatakan bahwa hubungan antara bentuk dan makna itu hanyalah bersifat konvensional semata, seperti halnya pendapat yang dianut oleh sebagian besar para pakar ilmu bahasa modern zaman sekarang pada umumnya.
Tokoh-tokoh dalam aliran tradisonal ini antara lain adalah : Protagoras, Gorgias, Aristoteles, Dionysius Thrax, Priscian, dan lain-lain. Diindonesia terdapat tokoh-tokoh bahasa yang mengaut Aliran Tradisional ini, antara lain St. Takdir Alisyahbana, St. Moh. Zain, Armijn Pane, dan lain-lain.
a.       Analisis Bahasa
Analisis bahasa menurut tata bahasa tradisioal menggunakan sistem paradigma (paradigm system), yakni dengan jalan melihat unsur-unsur yang sama dan unsur yang berbeda pada suatu set kata-kata.
Misalnya :
Amo                (aku cinta)
Amas               (kamu cinta) singuler
Amat               (dian cinta)
Amanus           (kami cinta)
Amatis             (kamu cinta) plural
Amanat           (mereka cinta)
Unsur yang sama pada set kata-kata diatas ialah am dan unsur pembeda ialah o, as, at, amos, atis, dan anat.
Disamping sistem paradigma, tata bahasa tradisional juga mengenal sistem kasus (yang memang sangat menetukan dalam bahasa latin). Kasus bersifat menentukan arti atau makna, sehingga dengan adanya kasus urutan kata dalam kalimat tidak manjadi penting. Makna kalimat ditentukan oleh kasus dari kata-kata yang merupakan bagian dari kalimat itu. Beberapa kasus yang penting antara lain :
a)      Nominatif yang disebut juga agentif berfungsi sebagai subyek atau pelaku;
b)      Genitif atau posesif menyatakan milik;
c)      Datif menyatakan sebagai pelaku penyerta;
d)     Akusatif atau sebjektif yang menyatakan penerima perbuatan;
e)      Lokatif menyatakan tempat;
f)       Instrumentals menyatakan alat ; dan
g)      Benefektif menyatakan untuk orang lain.
Dengan adanya kasus tidak menjadi masalah apakah urutan kata-kata dalam kalimat harus mengikuti suatu ketentuan. Makna sebuah kata telah ditentukan oleh kasus kata yang bersangkutan terlepas dari letak kata itu, baik didepan, ditengah, ataupun dibelakang sebuah kalimat. Bentuk dan makna kata itu ditentukan oleh kasus yang melekat pada dirinya. Berbeda halnya dengan bahasa Indonesia yang struktur kalimatnya telah ditentukan bahwa subjek haruslah mendahului predikat (kecuali dalam kalimat inversi).
Salah satu hal yang menyebabkan Aliran Tradisional ini tidak populer lagi dikalangan pakar bahasa ialah tata bahasa tradisional berpendapat bahwasannya tata bahasa itu bersifat universal. Jadi, semua bahasa-bahasa di dunia tata bahasanya pastilah mengikuti tata bahasa Yunani Latin. Padahal diketahui bahwa bahasa-bahasa di dunia mempunyai struktur yang berbeda anara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain.
Menurut Oka (1994292-296) Gramatikal Tradsional merupakan label yang di kenakan pada gramatika yang berkembang pada zaman Yunani Kuno dan zaman Romawi. Memiliki kesamaan, yang melihat bahasa dari sudut filsafat dan logika. Dikemukakan perkembangan pemikiran tentang bahasa pada zaman itu. Kaum Sofia itu adalah sekelompok orang yang mempelajari pikiran-pikiran orang yang bijaksana. Kaum Sofia itu mengkaji bahasa dari segi praktisan. Kajian mereka terhadap bahasa adalah memelajari cara pidato dan mencatat unsur-usur dari pidato itu. Sejumlah tokoh tlah berperan dalam perkembangan dan pengembangan kajian bahasa pada zaman Yunani itu. Yakni Herodatus, Plato, Aristoteles, Zeno, dan Donysius Thrax. Setiap tokoh itu telah memberikan hasil-hasil pemikiran tentang bahasa, yang tidak hanya saling melengkapi, tetapi juga berkontradisi.
Herodotus berjasa dalam mengamati pertumbuhan bahasa sebgai hasil kontak antara bangsa Yunani dengan bangsa-bangsa yang lain. Akibat pengaruh bahasa lain itu adalah terpecahnya bahasa yang semula satu menjadi sejumlah dialek.
Plato memberikan sumbangan yang sudah mengarah ke gramatika, Plato membagi kalimat menjadi dua bagian besar, yakni anoma dan rhema. Anoma merupakan komponen nominal, sedangkan rhema merupakan komponen verbal. Menurut Plato, kalimat adalah satuan pikiran yang terkecil dan sebagai ungkapan verbal yang merupakan ide yang lengkap. Menurut Plato fonem-fonem segmental bahasa Yunani itu dapat dikelompokkan menjadi dua kategori , yakni bunyi vokal dan bunyi konsonan.
Aristoteles memberikan definisi kalimat dan kata. Kalimat didefinisikan sebagai pernyataan yang lengkap mengenai sesuatu, dan kata didefinisikan sebagai satuan linguistik komponen kalimat yang sudah memiliki arti, tetapi tidak dapat berdiri sendiri.
Perkembangan tersebut berlanjut pada kaum stoik yang telah memusatkan kajiannya pada aspek-aspek kebahasaan, seperti fonetik, gramatika, dan etimologi. Kaum stoik telah mempelajari struktur kata bahasa Yunani. Hal itu berarti bahwa kaum stoik sudah menangani ikhwal morfologi.
Pada zaman Yunani itu telah terdapat kontroversi-kontroversi. Kontroversi pertama adalah perbedaan mengenai konsep analogi dan anomali. kaum penganut analogi percaya bahwa fenomena kebahasaan itu mengikuti prinsip-prinsip keteraturan.Kaum pengikut anomali berpendapat bahwa fenomena-fenomena kebahasaan itu tidak mengikuti prinsip-prinsip keteraturan. Dionysius Thrax, mendefinisikan gramatika sebagai pengetahuan praktis tentang bahasa yang digunakan oleh penulis (penyair dan penuls prosa). Para penganut gramatika tradisional itu memiliki cara kerja yang khas, yakni menganggap bahwa bahasa-bahasa di luar bahasa Yunani sama dengan bahasa Yunani Latin. Ciri lain gramatika tradisional adalah orientasi gramatika yang terbatas pada bahasa ragam baku kaidah ragam yang lain tidak diperhatikan.

2.      Linguistik Strukturalis
Menurut Chaer (2007:346-363) Linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu. Dalam pembicaraan linguistik strukturalis kita akan membahas beberapa tokoh secara singkat.
a.       Ferdinand De Saussure (1857-1913)
Tokoh ini dikenal sebagai bapak linguistik modern berdasarkan pandangan yang dimuat dalam bukunya Ciourse De Linguistique Generale yang disusun dan diterbitkan oleh Charles Bally dan Albert Sechehay tahun 1915. Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep:
(1)      Telaah sinkronik dan diakronik
Telaah secara sinkronik adalah mempelajari suatu bahasa pada kurun waktu tertentu, sedangkan telaah bahasa diakronik adalah telaah bahasa sepanjang masa, atau sepanjang zaman bahasa itu digunakan oleh para penuturnya.
(2)   La Langue dan La Parole
La Langue adalah keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota masyarakat bahasa, sifatnya abstrak. Sedangkan La Parole adalah pemakaian atau realisasi langue oleh masing- masing anggota bahasa. Sifatnya konkret karena parole itu adalah realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain.
(3)   Signifiant dan Signifie
Teori ini mengemukakan bahwa setiap tanda linguistik dibentuk oleh dua buah komponen “signifiant”. Signifiant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita. Sedangkan signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita. Hubungan keduanya sangat erat karena keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
(4)   Hubungan Sintagmatik dan Paradigmatik
Sintakmatik adalah hubungan antara unsur- insur yang terdapat dalam suatu tuturan yang tersusun secara berurutan, bersifat linear. Hubungan sintakmatik terdapat, baik dalam tataran fonologi, morfologi, maupun sintaksis.
Hubungan sintagmatik pada tataran fonologi terlihat pada urutan fonem-fonem pada sebuah kata yang tidak dapat diubah tanpa merusak makna kata itu. Contoh pada kata “kita” terdapat hubungan fonem-fonem dengan urutan /k,i,t,a/. Apabila urutannya diubah, maka maknanya akan berubah.
Perhatikan contoh berikut.
kßà  i ßà t ßà a
k          a          i           t
k          i           a          t
k          a          t           i
i           k          a          t

Hubungan sintagmatik pada tataran morfologi tampak pada urutan morfem-morfem pada suatu kata, yang juga tidak dapat diubah tanpa merusak makna dari kata tersebut. Ada kemungkinan maknanya berubah, tetapi ada kemungkinan pula tak bermakna sama sekali.
Hubunagan sintagmatik pada tataran sintaksis tampak pada urutan kata-kata yang mungkin dapat diubah, tetapi mungkin juga tidak dapat diubah tanpa mengubah makna kalimat tersebut. Perhatikan contoh berikut.
(1)   Urutan kata bisa diubah tanpa mengubah makna kalimat.
Hari ini barangkali dia sakit
Barangkali dia sakit hari ini
Dia sakit hari ini barangkali
Dia sakit barangkali hari ini
(2)   Urutan kata yang diubah menyebabkan makna kalimat berubah
Kaka melihat Keke            Keke melihat Kaka
Ini film baru                      Ini baru film
Hubungan paradigmatik adalah hubungan antara unsur- unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur- unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan.
b.      Aliran Praha
Aliran ini terbentuk pada tahun 1926 oleh Vilem Mathesius(1882-1945). Bidang ini membedakan secara tegas akan fonetik dan fonologi. Fonetik mempelajari bunyi- bunyi itu sendiri, sedangkan fonologi mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem.
Dalam bidang fonologi aliran Praha ini memperkenalkan dan mengembangkan suatu istilah yang disebut morfonologi, bidang yang meneliti struktur fonologis morfem. Bidang ini meneliti perubahan-perubahan fonologis yang terjadi sebagai akibat hubungan morfem dengan morfem.
Dalam bidang sintaksis Vilem Mathesius (dalam Chaer, 2007:353) menelaah kalimat melalui pendekatan fungsional. Menurut pendekatan ini kalimat dapat dilihat dari struktur formalnya, dan juga dari struktur informasinya dalam kalimat yang bersangkutan.
c.       Aliran Glosematik
Aliran ini membuat ilmu bahasa menjadi ilmu yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain, dengan peralatan, metodologis dan terminologis. Analisis bahasa ini dimulai dari wacana. Saussure Hjemselv menganggap bahasa itu mengandung (1) forma ekspresi (2) subtansi ekspresi (3) forma isi (4) substansi isi. Pembedaan forma dari substansi berlaku untuk semua hal yang ditelaah secara ilmiah. Sedangkan pembedaan ekspresi dari isi hanya berlaku bagi telaah bahasa saja.
Hjemslev menganggap bahasa sebagai suatu sistem hubungan dan mengakui adanya hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik.
d.      Aliran Firthian aliran yang dikeal dengan nama aliran prosodi.
Fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran fonetis. Ada tiga macam pokok prosodi yaitu (1) prosodi yang menyangkut gabungan fonem: struktur kata, struktur suku kata, penggabungan konsonan, dan gabungan vokal. (2) prosodi yang terbentuk oleh sendi atau jeda. (3) prosodi yang realisasi fonetisnya melampaui satuan yang lebih besar daripada fonem suprasegmental.
Fert (dalam Chaer, 2007: 356) menyatakan telaah bahasa harus memperhatikan komponen sosiologis. Tiap tutur harus dikaji dalam konteks situasinya, yaitu orang-orang yang berperan dalam masyarakat, kata-kata yang mereka ungkapkan, dan hal-hal lain yang berhubungan..
e.       Linguistik Sistemik.
Nama aliran linguistik sistemik tidak lepas dari nama M.A.K. Halliday. Pokok-pokok pandangan linguistik sistemik adalah:
(1)   Sistem linguistik memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa.
(2)   Sistem linguistik memandang bahasa sebagai pelaksana.
(3)   Sistem linguistik yang lebih mengutamakan pemberian ciri-ciri bahasa tertentu beserta variasinya.
(4)   Sistem linguistik mengenal adanya gradasi atau kontinum.
(5)   Sistem linguistik menggambarkan tiga tataran utama bahasa yaitu (a) substansi, (b) forma, (c) situasi.
f.       Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika
Nama Bloomfield (1877-1949) sangat terkenal karena bukunya yang berjudul “langue”. Istilah strukturalis sebenarnya dapat dipakai pada semua aliran linguistik, sebab semua aliran linguistik pasti berusaha menjelaskan seluk-beluk bahasa.Aliran ini berkembang pesat di Amerika pada tahun 30-an sampai akhir tahun 50-an.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya aliran ini, antara lain:
(1)   Pada masa itu para linguis di Amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak sekali bahasa Indian di Amerika yang belum diperikan.
(2)   Sikap bloomfield yang menolak mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang berkembang pada masa itu di Amerika.
(3)   Diantara linguis-linguis ada hubungan yang baik.
Aliran strukturalis yang dikembangkan Bloomfield dengan para pengikutnya sering juga disebut aliran taksonomi, dan aliran Bloomfieldian atau post-Bloomfieldian. Disebut aliran taksonomi karena aliran ini  menganalisis dan mengklasifikasikan unsur-unsur bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya.
g.      Aliran Tagmemik
Tagmemik adalah korelasi antara fungsi gramatikal atau slot dengan seekelompok bentuk kata yang dapat saling dipertukarkan untuk mengisi slot tersebut.Unsur tagmem yaitu fungsi dan bentuk perlu ditambah dengan unsur peran, dan kohesi yang membentuk jalinan yang erat.
Menurut Maksan (1995:13-23) Ilmu bahasa bidang linguistik perbandingan (ilmu bahasa komparatif) memunculkan suatu kesadaran pada para ahli bahasa bahwa sesungguhnya terdapat perbedaan antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Makin jauh hubungan kekerabatan antara suatu bahasa dengan bahasa lain, makin besar pula perbedaan yang terdapat antara kedua bahasa tersebut. Dengan demikian, para ahli mulai meragukan tata bahasa tradisional yang bersifat universal, yang memandang dan memperlaukan semua bahasa sebagai bahasa yang mempuai pola gramatikal yang sama dngan bahasa yunani latin. Hal ini nantinya melahirkan aliran baru dalam ilmu bahasa, yang disebut liran struktural atau tata bahasa strukturanl (structural grammar). Untuk itu, selanjutnya aan dilihat beberapa orang tokoh dalam tata bahasa struktural beserta inti pendapatnya, guna memudahkan melihat tata bahasa struktural itu secara keseluruhan.
a.       Ferdinand De Saussure
a)      Bahasa
Saussure membedakan bahasa dengan mengajukan tiga konsep, yakni : la langue, la parole, dan le langage. La langue merupakan bahasa masyarakat yang diperoleh sejak kecil sehingga bersifat seragam (uniform). La langue merupakan hasil dari “collective mind” (pikiran kelompok).  La laparole aalah manifestasi bahasa secara individual. La parole merupakan apa yang diucapakan oleh anggota masyarakat, termassuk kontruksi individual dan lain-lain yang bersifat psikologis dan “individual mind”. Sedangkan le langage ialah bahasa dlam pengertian umum ; seperti dalam kalimat “bahasa adalah alat komunikassi”. Dengan kata lain, le langage ialah la parole + la langue atau menurut saussure sendiri, la langue = le langage – la parole.
b)      Studi sinkronik dan diakronik
Studi bahasa dapat bersifat sinkronik (horizontal), dan dapat pula bersifat diakronik (vertikal). Saussure memisahkan kedua jenis studi itu sinkronik yang merupaan telaah bahasa atau bahasa-bahasa pada suatu waktu tertentu sja dan diakronik merupakan telaah suatu bahasa dari waktu ke waktu (historis).
Sekarang, pemisahan itu sudah dianggap sebagai hal yang wajar dan seharusnya demikian, tetapi lain halnya dengan masa sewaktu saussure hidup hal itu merupakan suatu yang baru sama sekali.
c)      Lingustic Sign
Linguistic sign (signe linguistique diindonesiakan menjadi tanda bahasa) ialah kesatuan antara konsep degan citra bunyi. Konsep yang lazim disebut saussure dengan signifie ialah pengertian atau makna yang ditangkap oleh pikiran kita misalnya konsep tentang rumah adalah sebuah bangunan yang dgunankan oleh keluarhga untuk tempat tinggal. Citra bunyi adalah kesan psikologis yang timbu dalam pikiran kita. Kata rumah tersebut kalau diucapkan oleh orang  yang menimbulkan sesuatu kesan bunyi atau citra bunyi. Citra bunyi ini dalam istilah saussure sendiri adalah signifiant. Jadi, linguistic sign adalah kesatuan antara konsep (signifie) dan citra bunyi (signifiant). Linguistic sign dibedakan menjadi dua macam : simple sign dan syntagme. Simple sign adalah linguistik sign yang tidak dapat dipisahkan lag menjadi konstituen yang lebih kecil yang mempunyai makna.
Syntagme ialah linguistik sign yang masih dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian lebih kecil yang bermakna.
d)     Hubungan asosiatif dan sintagmatik
Hubungan assosiatif atau sekarang disebut hubungan paradigmatatik (istilah dari L.Hjelmslev) adalah hubungan yang terjalin karena adanya persamaan dan perbedaan unsur dalam tuturan (ujaran). Hubungan sintagmatik adalah hubungan linear dalam suatu tuturan atau ujaran .
b.      Franz Boss
Hasil penelitiannya memberikan kesimpulan bahwa bahasa harus dipelajari dengan memperhatikan struktur bahasa itu sendiri, karena ternyata struktur bahasa yang satu tidak sama dengan struktur bahasa yang lain. Bagi boass, fokus penelitiannya ditunjukkan kepada la parole. Berbeda dengan saussure yang menitikberatkan pada la langue.
c.       Edward Sapir
Edward sapir mengemukakan tipologi bahasa yang dibaginya atas empat macam, yaitu :
a)      Bahasa isolasi (isolating language), yakni bahasa yang tiap0tiap unsur bahasa nya bebas, tidak terikat.
b)      Bahasa aglutinasi (agglutinative language) adalah bahasa yang elemen-elemen terikatnya ditempel-tempelkan. Bahasa aglutinatif ini disebut juga bahasa afiksasi.
c)      Bahasa poisintetik (polysyinthetic language) yaitu bahasa yang elemen semantik pentingnya berupa bentuk terikat.
d)     Bahasa infleksi (inflectional language) adalah yang kata-kata nya mengena perubahan dalam bentuk infleksi.
d.      Leonard Bloomfield
a)      Peminjaman (borrowing)
Bloomfield membedakan adanya cultural borrowing, intimate borrowing, dan dialect borrowing.
Cultural borrowing, peminjaman yang dilakukan sehubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan.  Intimate borrowing adalah peminjaman karena adanya hubungan yang “erat” antara dua masyarakat yang berbeda. Hubungan itu ditandai dengan adanya satu pihak yang merupakan pihak dominana atau superior sementara pihak lain merupakan pihak inperior. Dialect borrowing adalah peminjaman yang dilakukan dialect tertentu, yang biasanya dianggap sebagai lambang status, dan sebagainya.
b)      Masyarakat bahasa (speech Community)
Masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang menggunakan suatau bahasa untuk berkomunikasi dalam kegiatan sehari-hari. Jadi, menurut bloomfield(1933), masyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang memakai sistem tanda-tanda tuturan atau ujaran yang sama.
c)      Immediate Contituent
Adalah konstituen yang secara langsung membentuk suatu konstruksi atau struktur.
d)     Fonem
Membedakan fonem atas primary phoneme (fonem primer) dan secondary phoneme ( fonem sekunder). Fonem primer ialah fonem-fonem utama dalam sebuah bahasa yang secara langsung membedakan arti atau makna, fonem sekunder ialah unsur-unsur  lain yang ikut membedakan arti atau makna.
e)      Morfem
Morfem oleh bloomfield diartikan sebagai suatu bentuk bahasa yang tidak mirip dengan bentuk bahasa lain mana pun,baik dari segi bunyi maupun dari segi makna. Morfem dibedakan menjadi dua yakni morfem bebas dan morfem terikat.
e.       Preskriptif dan Deskriptif
Suatu hal yang membedakan aliran tradisional dengan aliran struktural adalah sifat analisis bahasa yang digunakan. Preskriptif adalah jika menganalisis bahasa para ahli bahasa cenderung mempertahankan kaidah bahasa yang berlaku. Aliran struktural berpendapat bahwa bahasa itu adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat. Jadi, tugas para pakar linguistik itu adalah mendeskripsikan segenap gejala bahasa yang timbul dalam masyarakat.
Perkembangan tatabahasa struktural, dalam perkembangan selanjutnya tatabahasa struktural sama seperti aliran-aliran yang lain, yang terbagi atas beberapa kelompok, seperti:
(1)   Firthian yang berkembang di Inggris dengan tokohnya J.R. Firth;
(2)   Glosseniaticsdi Skandinavia dengan tokoh Louis Hjelmslev;
(3)   Aliran Praha di Eropa Timur dibawah Roman Jakobson;
(4)   Amerika Serikat tumbuh (a) bloomfieldian dengan tokoh-tokoh Boas, Sapir, dan Bloomfiald; (b) Neo-Bloomfialdian dengan tokoh Charles Hcckett, Kenneth L Pike, dan lain-lain.
Menurut Oka(1994:296-299) Gramatika struktural adalah gramatika yang berkembang setelah lahirnya pikiran de Saussure (1916) dan sebelum lahirnya Gramatika Generatif Transformasional. Gramatika Struktural yang diuraikan di sini terbatas pada Gramatika Struktural Amerika. Para tokohnya yang terkenal antara lain adalah Charles F. Hockett, Edward Sapir, dan Leonard Bloomfield.  Dari pemikiran-pemikirannya itu tampak bahwa penelitian harus mampu menggambarkan bahasa seperti adanya, tidak seperti yang seharusnya. Karena itu, Gramatika Struktural juga dikenal sebagai Gramatika Deskriptif. Para ahli nya disebut kaum deskriptivis.
Gramatika Struktural memandang bahasa terdiri dari satuan-satuan. Satuan-satuan itu dipilah menjadi dua macam, yakni satuan fonologis dan satuan gramatikal. Satuan fonologis mencangkup fon dan fonem, sedangkan satuan gramatikal mencakup morf dan morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat.
Gramatika Struktural mengkaji bahasa dari tataran yang paling kecil ke tataran yang paling besar. Kajian terhadap suatu bahasa selalu mulai dari sistem fonologinya,kemudian sistem morfologinya, dan terakhir sistem sintaksisnya. Pada Gramatika Generatif Transformasional analisis di mulai dari satuan yang paling besar (kalimat) ke yang paling kecil (kata/leksikon).
3.      Linguistik Transformasional dan Aliran Sesudahnya
a.       Tata Bahasa Transformasi
Transformationa Generative grammar dalam bahasa indonesia lazim disebut tata bahasa Transfornasi atau tata bahasa generatif. Menurut Chomsky salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah untuk menyusun kata bahasa dari bahasa tersebut. Bahasa dapat dianggap sebagai kumpulan kalimat yang terdiri dari deretan bunyi yang mempunyai makna.
Setiap tata bahasa dari suatu bahasa, menurut Chomsky merupakan teori dari bahasa itu sendiri. Dan tata bahasa ini harus memenuhi dua syarat yaitu (1) kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut (2) tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala tertentu saja.
Tata bahasa transformasi lahir bersamaan dengan terbitnya buku syntactic structure pada tahun 1997. Teori yang dikemukakan dalam buku ini sering disebut dengan nama tata bahasa transformasi klasik.
Tata bahasa dari setiap bahasa terdiri dari tiga komponen yaitu:
(1)   Komponen sintaksis, merupakan sentral dari tata bahasa karena komponen inilah yang menentukan arti kalimat, dan komponen ini yang menggambarkan aspek kreatifitas bahasa.
(2)   Komponen semantik, memberikan interpretasi semantik pada deretan unsur yang dihasilkan oleh subkomponen dasar
(3)   Komponen fonologi, memberikan interpretasi fonologi pada deretan unsur yang dihasilkan oleh kaidah transformasi dengan memakai kaidah fonologi deretan unsur dapat diucapkan.
b.      Sematik Generatif
Menurut teoti ini struktur semantik dan struktur sintaksis bersifat homogen, dan untuk menghubungkan kedua struktur itu cukup dengan kaidah transformasi saja.
Menurut teori semantik generatif sudah seharusnya semantik dan sintaksis diselidiki  bersama sekaligus karena keduanya adalah satu. Struktur semantik itu serupa dengan struktur logika, berupa ikatan tidak berkala antara predikat dengan seperangkat argumen dalam suatu proposisi.
Menurut teori semantik generatif, argumen adalah segala sesuatu yang dibicarakan, sedangkan predikat itu adalah semua yang menunjukkan hubungan, perbuatan, sifat, keanggotaan, dan sebagainya.
c.       Tata Bahasa Kasus
Kasus adalah hubungan antara verba dengan nomina, verba disini sama dengan predikat, sedangkan nomina sama dengan argument dalam teori semantik generatif. Dalam teori tahun 1968 Fillmore tidak membatasi atas kasus agent, experiencer, object, means, source, goal, dan referential.
Dari uraian di atas dapat kita lihat adanya persamaan antara teori semantik generatif dengan teori kasus,yaitu sama-sama menumpukan teorinya pada predikat atau verba.
d.      Tata Bahasa Relasional
Tata bahasa relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh aliran tata bahasa transformasi. Sama halnya dengan tata bahasa transformasi,tata bahasa relasional juga berusaha mencari kaidah kesemestaan bahasa. Dalam hal ini tata bahasa relasional banyak menyerang tata bahasa transformasi, karena menganggap teori-teori tata bahasa transformasi itu tidak dapat diterapkan pada bahasa-bahasa lain selain bahasa Inggris. Menurut teori tata bahasa relasional yang melibatkan tiga macam maujud(entity), yaitu:
a)      Seperangkat simpai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen di dalam suatu struktur.
b)      Seperangkat tanda relasional yang merupakan nama relasi gramatikal yang disandang oleh elemen-elemen itu dalam hubungannya dengan elemen lain.
c)      Seperangkat “coordinates” yang dipakai untuk menunjukkan pada tataran yang manakah elemen-elemen itu menyandang relasi gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain.
Menurut Maksan (1995:24-31) Tata Bahasa Tranformatif Generatif berbeda dengan tata bahasa Struktural bukan secara lahiriah atau wujudnya saja. Tetapi, pada filsafat yang mendasari dua aliran ilmu bahasa tersebut. Jika empirisme/behaviorisme merupakan dasar aliran struktural. Tata bahasa tranformasi generatif menganut prinsip universal.
a.       Noam Chomsky
Dalam pandangan Chomsky, bahasa dibedakannya atas dua bagian yang masing-masing diberinya nama dengan competence dan perfomance. Competence adalah pengetahuan penutur asli tentang bahasa nya sendiri (bahasa ibu). Performance ialah bahasa yang digunakan secara nyata dalam situasi komunikasi yang konkret.
Teori Chomsky mengalami tiga kali penyempurnaan. Pada tahun 1964-1965 disebut tahapan model aspek, 1965-1966 tahapan peluasan aspek dan 1966-1967 merupakan tahapan perbaikan atau perubahan aspek.
a)         Komponen bahasa
Bahasa terdiri atas tiga komponen, yaitu: sintaktik,semantik, dan fonologis. Komponen morfologis merupakan bagian komponen sintaktik
b)         Analisis kalimat
Analisis kalimat dalam tata bahasa tranformasi generatif menggunakan struktur frasa sebagai dasar, sehingga biasa juga disebut dengan tata bahasa struktur bahasa(TSF) .
Menurut Maksan (1995:32-33) Aliran-aliran baru (pecahan) tata bahasa tranformasi
a.       Semantik Generatif kelompok ini dipelopori oleh George Lakoff
Lakoff tidak mengakui adanya deep structure, yang baginya tidak lain dari pada hanya representasi semantik saja. Golongan ini sering pula disebut dengan golongan tranformasionalis dan kelompok Chomsky sebagai golongan lexicalist. Bagi golongan tranformasi ini kata kerja dan kata sifat tidak dibedakan.
b.      Tata bahasa kasus (Case Grammar)
Tokoh kelompok ini,Charles Fillmore melihat adanya hubungan antara kasus dan kata benda dalam kalimat. Karena itu bagi tata bahasa kasus,kata benda beserta kasusnya merupakan hal yang sangat penting .
c.       Analisis performatif
Menurut kelompok ini, yang dipelopori oleh ahli ilmu bahasa H. John Ross, surface strukture itu pada hakekatnya ditentukan oleh bentuk hubungan antara orang I dengan orang II,dan atau dengan orang III. Sebuah kalimat sederhana yang muncul pada surface structure seperti : “harga naik” ; sebenarnya berasal dari struktur batin yang melibatkan orang I dan orang II.
d.      Meaning structure grammar
Wallace Chafe, salah seorang ahli dalam bidang semantik, merupakan tokoh dari kelompok yang bernama meaning structure grammar ini.  Menurut Chafe, analisis kalimat tidak dimulai dari bentu malainkan dari arti/makna. Baginya terdapat dua kategori semantik, yakni : peruatan dan kebendaan. Dengan titik tolak kategori semantik itu, maka yang paling pokok/penting adalah kata kerja (yang menghasilkan perbuatan)
Menurut Oka (1994:300-309) Gramatika Generatif Transformasional, Gramatika merupakan teori struktur bahasa yang bersangkutan. Pada perkembangannya, Gramatika Generatif Transformasional telah mengalami fase-fase yang menarik. Fase tahun 1957-1964 merupakan fase syntactic structures. Fase pertama itu disebu juga fase teori klasik. Fase kedua lazim disebut fase teori standar, yakni fase tahun 1965-1966. Fase ketiga berlaangsung mulai tahun 1967-1972 fase itu disebut fase teori standar yang diperluas. Framatika Generatif transformasional mengadakan kajian bahasa dengan berpangkal tolak dari keadaan psikologis dan proses batin. Gramatika Generatif Transformasional berpandangan bahwa teori lingiustik merupakan fungsi dari tata bahasa (gramatika). Fungsi utama gramatika adalah menetukan kalimat yang gramatikal dan tidak gramatikal. Fungsi selanjutnya adalah membenrikan deskriosi struktural kalimat-kalimat yang gramatikal itu.
Gramatika Generatif Transformasional berasumsi bahwa bahasa terdiri dari seperangkat kalimat yang jumlahnya tidak terbatas. Bagi Chomsky, prinsip-prinsip teori gramatika harus berjaan dengan prinsip-prinsip teori ilmiah. Yang mempersyaratkan hal-hal berikut : (1) harus berdasarkan observasi, (2) harus berkaitan dengan gejala atau fenomena yang diobservasi,dan (3) harus mengadakan prediksi-prediksi berdasarkan prinsip-prinsip atau hukum-hukum yang bersifat umum.  Dalam analisis kalimat,terdapat  perbedaan prinsip yang berlaku pada Gramatika Generatif Transformasional Klasik berlaku tiga kaidah, yakni (1) kaidah struktur frasa, (2) kaidah transformasi, dan (3) kaidah morfofonemik. Ketiga kaidah itu berkaitan secara hierarkis dengan pranata kerja setiap tingkat kaidah memberikan keluaran yang pada gilirannya merupakan masukan bagi kaidah berikutnya. Gramatika Generatif Transformasional Standar memberlakukan gramatika terdiri dari tiga komponen,yakni (1) komponen sintaksis, (2) komponen semantis, dan (3) komponen fonologis.
Komponen sintaksis memiliki dua subkomponen,yakni (1) subkomponen dasar yang mencakup (a) kaidah pencabangan,(b) kaidah subkategorisasi, dan (c) leksikon,dan (2) subkomponen transformasi yang mencakup (a) kaidah wajib dan (b) kaidah tidak wajib. Komponen semantis merupakan komponen yang menampung struktur batin. Komponen fonologis merupakan komponen yang menampung struktur lahir untuk selanjutnya direalisasikan menjadi representasif fonologis.
Gramatika Generatif Transformasional dengan teknik analisis tersebut di depan memiliki kelebihan dibandingkan Gramatika Struktural. Gramatika Generatif Transformasional tidak hanya memberikan struktur kalimat,tetapi juga memberikan penjelasan mekanisme terbentuknya kalimat sebagai struktur lahir dari suatu struktur batin.


DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Maksan, Marjusman. 1995. Ilmu Bahasa. Padang: IKIP Padang Press.
Oka, dkk. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Departemem Pendidikan dan Kebudayaan.